Iker Casillas & Xavi Hernández (REUTERS/Darren Staples)
Jakarta - Ben Lyttleton, kolumnis Sports Illustrated,
menuliskan empat hal yang paling dicermati pada pertandingan final
Piala Eropa 2012 antara Italia melawan Spanyol, Senin (2/7) dini hari
WIB.
Dan inilah empat hal itu:
Angka 3 yang MajisSpanyol
telah menyamai rekor Jerman Barat menjadi Juara Dunia sekaligus Juara
Eropa. Jerman Barat menjadi Juara Eropa 1972 dan Juara Dunia 1974,
sebelum kemudian gagal di Piala Eropa 1976 karena kalah adu penalti dari
Republik Ceko (Cekoslovakia) di final.
Kini Spanyol memburu
rekor sebagai tim pertama memenangi tiga turnamen besar berturut-turut
(Uruguay tak masuk hitungan padahal menjadi Juara Olimpiade 1924 dan
1928, serta Juara Dunia 1930).
"Jika Spanyol memenangi tiga
turnamen besar berturut-turut, sesuatu yang tidak dilakukan tim lain,
Anda boleh menyebut mereka tim terbesar sepanjang masa," kata mantan
striker Inggris Gary Lineker sebelum Piala Eropa 2012 digelar. "Yang
Anda perlukan untuk sampai ke tingkat itu adalah derajat ketahanan."
Sementara
Italia memainkan final ketiganya di Piala Eropa setelah Piala Eropa
1968 yang dijuarainya dan Piala Eropa 2000 yang gagal dimenanginya.
Finalis
tak terduga ini tak pernah bisa dikalahkan Spanyol dalam 90 menit waktu
normal pada tiga pertemuan terakhir mereka, yaitu pada laga
perempatfinal Euro 2008 di mana mereka berakhir seri 0-0 lalu Spanyol
menang adu penalti, pertandingan persahatan Agustus 2011 yang dimenangi
Italia 2-1, dan laga pembuka Grup C belum lama ini yang berkesudahan
1-1.
Spanyol mungkin lebih suka menghadapi Jerman di final,
kendati mereka sukses pada Piala Eropa 2008. Pasalnya, mereka tak pernah
bisa menundukkan Italia dalam waktu normat 90 menit selama 60 tahun
terakhir.
Perang Antar Pelatih
Vicente del
Bosque dikritik keras karena seleranya dalam mengganti pemain, namun
semua kritik itu dijawabnya dengan hasil manis.
Di laga pertama
Piala Eropa 2012, Del Bosque memasukkan Cesc Fàbregas dan si Cesc
mencetak gol penyama kedudukan atas Italia; laga kedua, Fernando Torres
diturunkan sejak awal dan dia mencetak dua gol ke gawang Irlandia; laga
ketiga, para pemain pengganti kembali memenangkan laga melawan Kroasia
ketika Fàbregas membuat Andrés Iniesta tak terkawal lalu memberi umpan
kepada Jesus Navas si pemain pengganti lainnya untuk mencetak gol.
Kecemerlangan
Del Bosque pula yang membuat Spanyol bisa mengalahkan Prancis ketika
pemain pengganti Santi Cazorla merancang upaya gol dari pemain pengganti
lainnya Pedro Rodriguez yang berbuah pelanggaran dan berujung penalti
yang sukses dieksekusi Xabi Alonso.
Kekeliruan del Bosque? Alvaro Negredo menjadi "starting eleven"
kala melawan Portugal: kendati mencetak 6 gol dari 11 partisipasi
internasionalnya, pemilihan Negredo tak berhasil. Spanyol justru
terlihat mengancam manakala tiga pemain pengganti --Fàbregas, Pedro dan
Navas -- dimasukkan bareng.
Prandelli lebih mengesankan
lagi. Tatkala Jerman memerlukan waktu 12 tahun untuk bisa memamerkan
satu gaya bermain yang atraktif dan sebuah generasi baru pemainnya,
Italia hanya perlu dua tahun untuk perubahan itu.
Ketika
Prandellli mengambilalih kursi kepelatihan timnas pasca Piala Dunia
2010, Italia menjadi juru kunci di bawah Paraguay, Slovakia dan Selandia
Baru.
Dengan sebagian besar dihuni para pemain yang turut
memperkuat Piala Dunia 2010, Prandelli mendukung filosofi sepakbola
menyerang, dan timnya merespons dengan baik.
"Saya ingin kami main terbuka dan spektakuler," katanya kepada L`Equipe
sebelum turnamen akbar ini digelar. "Kami ingin maju lewat
menggabungkan budaya orientasi hasil kami dengan permainan yang ambisius
dan menyerang."
Prandellli juga tidak takut mengganti formasi
tim demi menghadapi lawannya: melawan Spanyol di partai perdana dia
memasang formasi 3-5-2 dimana Daniele De Rossi menjadi bek tengah
ketiga. Taktik penggantian pemainnya pun membawa hasil: Antonio di
Natale mencetak gol ketika melawan Spanyol, lalu Mario Balotelli saat
melawan Irlandia, dan keputusan menentukannya manakala memilih
Alessandro Diamanti yang menentukan kemenangan adu penalti melawan
Inggris.
Maka, akan menarik ketika melihat kedua pelatih
memasang susunan timnya pada partai final nanti. Spekulasi bahkan sudah
dimulai sejak sekarang.
Xavi Hernandez dan Andrea Pirlo
Dua-duanya
pernah merasakan manisnya menjadi juara Liga Champions dan Piala Dunia,
dan musim lalu kedua pemain menciptakan umpan lebih banyak dari pemain
manapun: rata-rata Xavi 94 umpan, sedangkan Pirlo 86 umpan.
Akankah
turnamen ini menjadi penampilan terakhir keduanya? Pirlo pernah
mengatakan dia tampaknya tak akan berlanjut sampai Piala Dunia 2014,
sementara Xavi yang menjadi pemain Spanyol terlama membela timnas dengan
114 penampilan, pernah harus berjuang melawan cedera betis (tapi tetap
saja itu tak berpengaruh banyak: dia dan Iniesta menciptakan 229 umpan
kala melawan Irlandia, jauh di atas para pemain Irlandia yang hanya 11
kali mengumpan).
Kedua pemain diinspirasi oleh Pep Guardiola yang
meninggalkan Barcelona pada usia 31 dan bermain untuk Brescia
menggantikan Pirlo yang hijrah ke Milan.
Pada 2007, pendahulu
Guardiola di Barcelona, yakni Frank Rijkaard, memasang Xavi 20 yard
lebih ke depan untuk memanfaatkan visi dan kemampuan mengumpannya,
tetapi di bawah Guardiola-lah Xavi benar-benar berkembang.
"Empat atau lima tahun lalu, aku dianggap jadul dan tak berguna," kata Xavi kepada L`Equipe
pada bulan lalu. "Saya dulu dianggap kanker untuk Barcelona: pemain
sependek aku, sungguh tak terbayangkan. Jadi, bermain dalam tim
(Barcelona) dan memenangkan apapun yang kami menangkan, dan menjadi hal
yang diteladani, membuatku bahagia dan bangga."
Xavi mungkin akan
main jauh ke depan dan memilih umpan-umpan pendek, sebaliknya Pirlo
bermain lebih dalam dan memainkan umpan-umpan panjang. Yang jelas,
keduanya fundamental untuk tim mereka.
Mario Balotelli
Bahkan
sebelum dia mencetak dua gol cemerlang yang mengakhiri rekor 15 kali
menang Jerman dan membuat Italia secara mengejutkan mendapat tempat di
final, Balotelli telah berada di turnamen hebat.
Kendati
penampilannya melawan Spanyol dicatat sebagai "momen Mario" ketika waktu
menghentikannya begitu dia nyaris merobek gawang Iker Casillas, orang
melupakan bahwa dia mampu menciptakan peluang dengan menekan Sergio
Ramos ke sisi permainan dan dengan kekuatan serta kepiawaiannya
memperdayai Ramos.
Melawan Irlandia di putaran final grup,
kembali kecemerlangan Balotelli tertutupi prilaku nyelenehnya: satu
tendangan volley yang mengakhiri salah satu rangkaian serangan di
pertandingan itu disusul sebuah selebrasi, yaitu semacam pesan langsung
kepada pelatih dan pendukung Italia nyaris disampaikan Balotelli jika
tak dicegah oleh Leonardo Bonucci yang meletakkan jari tangan pada
mulutnya.
Melawan Inggris, dia menciptakan ruang untuknya
sendiri, mencipta peluang demi peluang yang tak bisa dia selesaikan. Dia
menendang tiang gawang karena frustasi, tapi dengan dingin dia
mengeksekusi sebuah tendangan penalti brilian ke arah rekannya di
Manchester City, Joe Hart, pada drama adu penalti.
Singkatnya, dia telah bekerja keras, dan berjuang untuk timnya, menjauhi masalah dan menggangu pertahanan lawan.
Lalu
dia menjadi raja lapangan kala melawan Jerman: pertama unggul dalam
duel melawan Holger Badstuber untuk menciptakan sundulan penuh energi
memanfaatkan umpan silang Antonio Cassano, kedua dengan cemerlang keluar
dari jebakan offside guna berlari melewati hadangan Philipp Lahm untuk
menciptakan gol kedua dari sisi lapangan.
Setelah lesakan gol
pertama, kita melihat hal amat berbeda dari Balotelli: satu senyuman dan
selebrasi. "Saya akan merayakan gol sewajarnya ketika kesempatan itu
datang," katanya kepada Gazzetta dello Sport -- dan faktanya
begitu. Namun setelah gol kedua, kelakuan ganjilnya muncul: Balotelli
menanggalkan kostumnya, lalu mendapatkan kartu kuning yang tidak perlu,
kemudian ditarik keluar di awal babak kedua hanya demi mencegahnya
mendapatkan kartu kuning kedua atau dikartumerahkan.
Pelatihnya
di Manchester City, Roberto Mancini, mengatakan "Balotelli memiliki
apapun yang Anda perlukan untuk menjadi seorang pemain terbaik di dunia,
(yaitu) fisik dan teknik, tetapi dia masih harus belajar banyak untuk
sampai ke sana."
Kini dia hanya perlu satu lagi gol untuk memenangkan Golden Boot. Siapakah yang akan menjadi saksi untuk ini? |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar